Selasa, 11 Mei 2010

MENCABUT SOMBONG


Sejak sebelum diciptakan, manusia sudah ditentukan Allah Ta'ala akan menjadi kholifah-Nya di muka bumi. Ketentuan azaliyah itulah yang disebut dengan qodo'. Allah SWT. telah menegaskan dengan firman-Nya:
"Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat:
"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di
muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak
menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami
senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan
Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui
apa yang tidak kamu ketahui". QS:2/30.
Sedangkan kehidupan manusia pertama, oleh Allah Ta'ala sebagai qodar-Nya telah ditempatkan di surga. Maka tidak bisa tidak, Nabi Adam as. dan istrinya suatu saat pasti harus turun ke bumi. Mengikuti alur kehendak yang sudah ditetapkan baginya sejak zaman azali itu. Adapun penyebabnya adalah perbuatan dosa. Yang demikian itu karena sedikitpun Allah Ta'ala tidak berbuat dholim kepada hamba-Nya.

Karena kejadian yang menyebabkan orang harus turun dari kebahagiaan kepada kesengsaraan hidup dan penderitaan panjang tersebut tidaklah harus semata-mata terbit dari kehendak Allah, melainkan harus terbit dari kesalahan manusia itu sendiri. Yaitu disebabkan karena manusia telah menentukan pilihan hidupnya sendiri yang namanya "huriyatul irodah".
Artinya manusia harus menentukan pilihan hidupnya sendiri. Namun ketika ternyata pilihan hidup itu salah maka manusia itu sendiri yang akan menanggung akibat kesalahannya sendiri. Itulah sunatullah yang sejak ditetapkan tidak akan ada perubahan lagi untuk selama­lamanya.
Meski turunnya Nabi Adam as. dan istrinya Siti Hawa dari surga ke bumi ternyata akibat perbuatan dosa. Namun demikian, apabila dengan dosanya itu ternyata manusia mampu mengambil pelajaran. Mencari hikmah dari penderitaan yang diakibatkan oleh dosa tersebut. Yaitu meski perbuatan dosa itu dapat menyebabkan musibah dan penderitaan panjang, namun apabila akhirnya dapat menjadikan hidup manusia itu menjadi lebih baik, lebih meningkatkan ketakwaan kepada Allah Ta'ala, berarti secara hakiki perbuatan dosa itu bukan kejelekan tapi kebaikan.
Sebab, setiap amal perbuatan bergantung bagaimana hasil akhirnya. Kalau hasil akhir itu adalah kebaikan maka apapun bentuknya, berarti amal itu adalah amal kebaikan. Sebaliknya, kalau hasil akhir sebuah amal itu adalah kejelekan, maka apapun bentuknya, berarti amal itu adalah amal kejelekan.
Maka dosa tapi dapat menjadikan baik, yang demikian itu memang kadang-kadang dibutuhkan oleh kehidupan manusia. Sebab, hanya dosa seperti itulah yang akan mampu mencabut sifat sombong yang ada dalam hati manusia itu.
Yaitu ketika manusia harus menangung akibat dosa itu dengan penderitaan hidup di penjara misalnya, yang dengan itu kemudian manusia menjadi sadar dan menyesal kemudian berbuat benah-benah. Hasilnya, manusia baru mengerti, bahwa sejatinya yang menyeretnya kepada perbuatan dosa tersebut adalah semata-mata kesombongan hatinya sendiri. Keangkuhan hati yang selama ini tidak disadari, meski berkali-kali telah diperingati. Kecuali ketika kesombongan itu sudah tidak mungkin dapat diulangi lagi, karena jati diri telah menjadi musnah dimakan usia di balik terali besi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar