Selasa, 18 Mei 2010

Berbeda Tapi Sama

Kesulitan dan kemudahan hidup pasti akan didatangkan walau tidak diminta. Hal itu karena keduanya adalah bagian rotasi kehidupan yang tidak dapat dipisahkan. Seorang arifin menyikapi keduanya dengan arif bahkan memakmurkannya untuk keperluan ibadah. Ketika masa sulit datang, masa sulit itu dimakmurkan untuk menerbitkan kesabaran dalam hati dan ketika masa mudah datang, masa mudah itu dimakmurkan untuk menerbitkan rasa syukur. Jadilah keduanya mampu dijadikan sarana atau kendaraan yang ditumpangi untuk menghantarkan kepada tujuan hidup.

Namun demikian, ketika masa longgar sedang datang, rasa syukur akan kenikmatan cenderung menghalangi terbitnya rasa fakir di dalam hati orang yang afirin. Yang demikian itu merupakan kerugian yang nyata bagi mereka. Berarti saat itu mereka jauh dari tuhannya. Tidak ada lagi pendorong untuk meningkatkan ibadah sehingga pendakian malam yang harus didawamkan terasa amat berat untuk dilakukan.

Munajat-munajat mereka menjadi mandul. Matahati tertutup rasa jemu bagaikan matahari tertutup awan mendung. Akibatnya kesibukan mereka dalam menjaga kondisi hati supaya tetap selalu ingat kepada tuhannya, lebih berat daripada kesibukan mereka dalam menjaga kebutuhan lahir. Yang demikian itu berarti menjadikan beban berat yang harus mereka tanggung.

Namun ketika masa sulit sedang datang. Disamping karena bagian nafsu syahwat tidak ikut mengambil keuntungan di dalam masa sulit itu, juga rasa fakir kepada tuhannya cenderung mendorong mengadakan safari malam. Hal itu menyebabkan kesibukan hidupnya menjadi lebih longgar. Mereka tidak membutuhkan mujahadah khusus untuk menjaga hatinya supaya tetap ingat kepada tuhannya. Hal itu disebabkan, karena kesulitan-kesulitan hidup yang sedang dialami itu justru membangkitkan semangatnya untuk lebih meningkatkan pendekatan kepada Ma’budnya.

Dari Buku "Percikan Samudera Hikam Jilid 2" karya Muhammad Luthfi Ghozali

Tidak ada komentar:

Posting Komentar