Selasa, 18 Mei 2010

Pendidikan Anak Secara Islami


Akal sebagai tempat perbendaharaan Ilmu, akan mendapat masukan ilmu pengetahuan dari tiga sumber: pertama dari pendengaran, kedua dari penglihatan dan ketiga terbit di dalam hati. Manusia bisa memasukkan ilmu bagi akalnya dengan membaca, mendengarkan dan melaksanakan ibadah atau mujahadah di jalan Alloh sebagai pelaksanaan takwallah. Jalan yang ketiga inilah yang menjadi fokus pembicaraan dalam paparan ini. 
Allah Ta’ala telah menegaskannya dengan firman-Nya:

وَاتَّقُوا اللَّهَ وَيُعَلِّمُكُمُ اللَّهُ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ

Dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. QS:2/282.

*********

Allah SWT berfirman:

وَاللَّهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur”. QS:16/78.

Manusia dilahirkan ibunya dalam keadaan tidak mengetahui apa-apa, hal itu disebabkan karena alat-alat mekanik yang nantinya berfungsi sebagai indera belum berfungsi, sehingga belum ada signal yang dikirimkan oleh indera-indera tersebut ke dalam bilik akal. Adapun indera yang pertama berfungsi adalah pendengaran kemudian baru penglihatan. Seandainya kedua alat mekanik tersebut tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya, maka selamanya manusia akan tidak mengetahui apa-apa.

Dari dua sumber tersebut ilmu pengetahuan kemudian masuk ke dalam memori akal, itulah yang disebut ilmu lahir atau ilmu rasional atau juga disebut ilmu hushuli. Sedangkan ilmu yang masuknya ke dalam bilik akal melalui hati atau perasaan disebut dengan ilmu batin atau ilmu spiritual atau juga disebut ilmu khuduri, atau dengan istilah ilmu laduni.

Ketika anak manusia masih berupa janin dalam kandungan seorang ibu, keadaan batin seorang ibu tersebut sangat berpengaruh bagi pertumbuhan jiwa maupun raga anak yang ada di dalam kandungan, maka seorang ibu yang sedang mengandung hendaknya menjaga kestabilan batinnya, meningkatkan kemampuan spiritual dengan amal ibadah yang ikhlas, baik secara vertikal maupun horizontal, supaya emosional dan rasional dapat terkontrol dan terkondisi dengan baik, sehingga dapat memberikan pengaruh positif kepada perkembangan janin yang sedang dikandung tersebut.

Adapun yang dimaksud melaksanakan pendidikan anak secara islami harus dimulai sebelum itu. Sebelum janin terbentuk dalam rahin seorang Ibu. Oleh karena jin selalu bekerjasama(bersekutu) dengan manusia di dalam urusan harta benda dan anak-anak, Allah Ta’ala mengabarkan hal tersebut dengan firman-Nya:

وَشَارِكْهُمْ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَولَادِ
“Dan berserikatlah dengan mereka pada (urusan) harta dan (urusan) anak-anak.

Maka mempersiapkan anak yang pandai dan cerdas serta sehat wal afiat – baik ruhani maupun jasmani – secara islami, tidaklah hanya dilakukan pada saat anak manusia itu sudah berada di dalam kandungan ibunya saja, karena saat itu boleh jadi janin tersebut sudah terkontaminasi anasir jin, akan tetapi harus disiapkan sejak pertama kali seorang suami akan berhubungan dengan istrinya. Yakni dengan berdzikir kepada Allah Ta’ala, membaca basmallah dan do’a-do'a sebagaimana yang diajarkan Rasulullah saw. Dalam arti, hubungan suami istri tersebut tidak dilakukan hanya sekedar sebagai pelampias nafsu syahwat belaka.

Sesungguhnya saat itu adalah saat-saat yang sangat menentukan bagi kemurnian fithrah calon anak manusia tersebut. Supaya apabila dari hubungan itu terjadi pembuahan, maka sejak itu calon anak manusia itu mendapat perlindungan Allah Ta’ala dari segala upaya setan jin, supaya hasil hubungan itu benar-benar bersih sesuai dengan fithrah yang telah dikehendaki Allah Ta’ala baginya, bukan sebagai fithrah yang sudah terkontaminasi oleh anasir jin.

Baru setelah itu, seorang ibu yang mengandung hendaknya selalu mengkondisikan lahir dan batinnya untuk mempersiapkan akhlak anak yang dikandung itu menjadi akhlak yang mulia dengan pelaksanaan akhlak yang mulia pula. Tidak hanya sekedar ilmu dan amal saja, dan hendaknya bapak dan ibunya jangan terjebak melaksanakan wirid-wirid khusus yang terkadang justru bisa mewariskan karakter – bagi anaknya – yang tidak diinginkan sebagai dampak pelaksanaan amalan tersebut. Jika hendak mengamalkan wirid-wirid, hendaknya mendapat bimbingan dari guru ahlinya. 

Anak adalah amanat yang terbesar dari-Nya, maka jangan sampai hidupnya kelak menjadi sia-sia. Hanya Allah Ta’ala yang mampu mentarbiyah hamba-hamba-Nya. Allah Ta’ala telah menegaskan dari sabda Rasulullah saw prihal rahasia pendidikan anak secara batin ini dengan firman-Nya:

إِنَّ وَلِيِّيَ اللَّهُ الَّذِي نَزَّلَ الْكِتَابَ وَهُوَ يَتَوَلَّى الصَّالِحِينَ
“Sesungguhnya Pentarbiyahku adalah Allah yang telah menurunkan Al Kitab (Al Qur’an) dan Dia yang akan mentarbiyah orang-orang yang saleh”. QS:7/196.

Jika fithrah janin itu terlanjur terkontaminasi anasir jin, maka sejak saat itu berarti yang akan ikut andil menjadi guru calon anak tersebut adalah jin yang sudah menguasainya, hal itu dilakukan oleh jin dengan cara mengirimkan perintah berupa signal-signal yang dipancarkan setiap saat kepada janin itu. Akibatnya, apa saja yang diupayakan oleh seorang ibu yang sedang mengandung tersebut tidak dapat membuahkan hasil optimal karena sejak itu setan jin sudah ikut andil dalam pembentukan kepribadian serta karakter dari calon anak yang ada di dalam kandungan tersebut. Selanjutnya, setelah anak itu dilahirkan oleh ibunya ia akan terlahir menjadi anak yang mempunyai kelainan-kelainan pembawaan yang negatif, yang kadang-kadang sulit dapat dipulihkan kembali.

Anak manusia yang terlahir dengan fithrah yang sudah tidak murni ini, ketika sudah mulai menginjak usia balita, biasanya muncul tanda-tanda yang dapat dibaca dari prilaku keseharianya. Adapun tanda-tanda yang umum adalah seperti apa yang diduga oleh banyak orang dengan istilah hipper aktif. Anak tersebut terkadang memang mempunyai kepandaian agak menonjol dibanding dengan teman sebayanya, akan tetapi dia sulit diatur oleh orang lain. Dia suka bertindak semaunya sendiri sehingga banyak merepotkan orang yang ada di sekitarnya.

Memang keberadaan anak tersebut tidak sebagaimana mestinya pada usia anak sebayanya, kadang-kadang mempunyai inisiatif dan kreatif yang berlebihan dan bahkan mampu berbuat jauh melebihi usia anak yang lebih tua darinya. Maka yang dikatakan hipper aktif itu terkadang memang karena fithrah anak tersebut terkontaminasi anasir jin sejak dalam kandungan ibunya, berarti sejak itu anak tersebut sesungguhnya dalam keadaan sakit akibat gangguan jin. Kalau sudah demikian keadaannya, sebagai bagian dari pelaksanaan pendidikan secara islami adalah pelaksanaan aqiqoh oleh kedua orang tuanya. Oleh karena anak tersebut terlahir dalam kondisi sakit, maka aqiqoh untuk tujuan pengobatan ini harus dilakukan oleh orang yang mempunyai keahlian khusus dalam bidang tersebut.

Walhasil, pendidikan anak secara Islami tersebut bukan hanya dilakukan oleh seorang ibunya saat mengandung anaknya saja, tatapi jauh sebelum itu. Yaitu saat suami istri sedang melaksanakan tugas khsusnya. Tugas bersama itu harus dimulai dengan membaca do’a-do’a sebagaimana yang diajarkan oleh Baginda Nabi s.a.w. Do’a tersebut sebagaimana yang disampaikan oleh Rasulullah s.a.w dalam sabdanya berikut ini:

حَدِيثُ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَوْ أَنَّ أَحَدَهُمْ إِذَا أَرَادَ أَنْ يَأْتِيَ أَهْلَهُ قَالَ بِاسْمِ اللَّهِ اللَّهُمَّ جَنِّبْنَا الشَّيْطَانَ وَجَنِّبِ الشَّيْطَانَ مَا رَزَقْتَنَا فَإِنَّهُ إِنْ يُقَدَّرْ بَيْنَهُمَا وَلَدٌ فِي ذَلِكَ لَمْ يَضُرَّهُ شَيْطَانٌ أَبَدًا *
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a berkata: Rasulullah s.a.w pernah bersabda: apabila seseorang diantara kamu ingin bersetubuh dengan isterinya hendaklah dia membaca:

بِسْمِ اللَّهِ اللَّهُمَّ جَنِّبْنَا الشَّيْطَانَ وَجَنِّبِ الشَّيْطَانَ مَا رَزَقْتَنَا
Artinya: Dengan nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Wahai Tuhanku! jauhkanlah kami dari setan dan jauhkanlah setan dari apa yang Engkau karuniakan kepada kami.

Sekiranya hubungan antara suami istri itu ditakdirkan mendapat seorang anak, maka anak tersebut tidak akan diganggu oleh setan untuk selamanya.

• Riwayat Bukhari di dalam Kitab Nikah hadits nomor 4767.
• Riwayat Muslim di dalam Kitab Nikah hadits nomor 2591.
• Riwayat Tirmidzi di dalam Kitab Nikah hadist nomor 1012.
• Riwayat Abu Dawud di dalam Kitab Nikah hadits nomor 1846.(CD al-Bayan)

Pengalaman dalam menangani dan melaksanakan usaha penyembuhan bagi orang sakit akibat gangguan jin, baik penyakit jin yang menyerang kesadaran seperti orang kesurupan jin, maupun yang menyerang jasad sebagaimana yang diduga oleh para orang pintar atau paranormal dan dukun sebagai akibat terkena santet atau sihir, semuanya itu hampir dapat dipastikan penyebab awalnya karena orang tersebut belum di-aqiqohi. Setelah aqiqoh dilaksanakan, dengan izin Alloh pekerjaan penyembuhan mendapat kemudahan sehingga orang tersebut mendapat kesembuhan dari-Nya. Itulah hikmah syari’at, terkadang orang yang melakukannya tidak memahami rahasia yang tersimpan di dalamnya. Ternyata tujuannya hanya untuk kepentingan orang yang melaksanakan.


http://www.facebook.com/note.php?note_id=125636350358

Tidak ada komentar:

Posting Komentar