Sabtu, 24 Oktober 2009

SUMBER RAHASIA INAYAH 1 (Rahmat Utama untuk Manusia Utama)



Rahasia Sumber Inayah
Rahasia Sumber Inayah 1
Kenikmatan terbesar bagi kaum mu’minin adalah “Inayah Azaliyah”. Bahwasanya sejak zaman azali kita telah ditetapkan oleh Allah Ta’ala menjadi orang yang beriman. Sungguh ketetapan tersebut bukan sebab amal ibadah yang kita lakukan dan bukan pula sebab keilkhlasan, karena saat itu belum ada-apa, yang ada semata-mata hanya anugerah yang utama. Maka inayah azaliyah itu merupakan anugerah Allah Ta’ala kepada seorang hamba yang dikehendaki-Nya.
Asy-Syeikh Al-Imam Al-Arif Billah, Abi Fadil Tajuddin Ahmad bin Muhammad bin Abdul Karim Ibnu Athaillah Al-AssakandaryRadliyallaahu ‘Anhu berkata:
Allah mengetahui bahwa sesungguhnya seorang hamba sangat ingin mengetahui tetang kenyataan rahasia “Inayah”, maka Allah berfirman:“Allah menentukan rahmat-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya”. QS:3/74. dan Allah mengetahui apabila mereka dibiarkan begitu saja dengan apa yang sudah dipahami, mereka akan meninggalkan amal dan bergantung kepada kehendak azali, maka Allah berfirman:“Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat dari orang-orang yang berbuat baik”. QS:7/56. Kepada “Kehendak” segala sesuatu itu bersandar dan bukan kepada segala sesuatu “Kehendak” itu bersandar.
Termasuk bagian dari fungsi kekholifahan manusia adalah, bahwa keberadaannya di muka bumi haruslah menjadi sebab ditebarkannya rahmat Allah Ta’ala kepada makhluk yang ada di sekelilingnya. Yaitu: menyampaikan sifat rahman – rahim Allah Ta’ala kepada manusia melalui sifat dan karakter serta pengabdian dan perjuangan hidup yang mereka jalani, memancarkan Nur Allah Ta’ala melalui pantulan nur yang memancar dari sinar wajah yang sejuk cerminan kesucian dan kebersihan yang terbit dari lubuk hati, membangun dan menebarkan sendi-sendi kehidupan di alam persada melalui amal bakti dan akhlakul karimah, menyampaikan inayah Allah Ta’ala kepada yang berhak menerima melalui inayah yang telah didapatkan dari-Nya, menyampaikan pertolongan Allah Ta’ala kepada yang berhak melalui pertolongan yang telah diturunkan kepadanya, bahkan mengirimkan inspirasi dan ilham kepada hati manusia melalui inspirasi dan ilham yang didapatkan dari Rabnya, akhirnya mendatangkan dan menurunkan hajat kebutuhan umat, baik yang dhohir maupun yang batin dari perbendaharaan ghaib yang tersimpan di sisi-Nya melalui do’a dan munajat yang dipanjatkan kepada Tuhannya. Untuk itulah Rasulullah Muhammad saw diutus di muka bumi, maka melalui akhlakul karimah yang terpancarkan dari prilaku hidupnya, rahmat Allah Ta’ala kemudian menyebar keseluruh alam semesta.
Rasulullah Muhammad SAW diutus di muka bumi bukan sekedar untuk membawa agama baru, akan tetapi dengan agama baru itu beliau harus mengemas kasih sayangnya kepada umat. Supaya kehidupan makhluk di muka bumi menjadi aman, makmur dan bahagia baik di dunia maupun di akhirat nanti. Allah Ta’ala telah menegaskan dengan firman-Nya:

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ

Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. QS:21107
Itulah rahasia fungsi kekholifahan khusus yang dikhususkan bagi baginda Nabi SAW. yaitu melalui nubuwah dan risalah yang diembannya, beliau telah menebarkan rahmat Allah Ta’ala kepada alam semesta, baik rahmat dhohir maupun rahmat batin, baik di dunia maupun di akhirat. Dan tidak hanya kepada alam manusia saja akan tetapi juga meliputi alam Jin dan bahkan alam Malaikat.
Oleh karena manusia merupakan sumber tenaga dan sebagai pengelola sumber potensi kehidupan di muka bumi, maka dengan agama yang dibawa itu manusia harus menjadi baik. Baik perangai maupun perbuatan, supaya kehidupan secara keseluruhan di muka bumi akan menjadi baik pula. Apabila manusia menjadi jelek maka kehidupan juga akan menjadi jelek dan rusak. Allah Ta’ala menjelaskan dengan firman-Nya:

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). QS:30/41.
Supaya di muka bumi tidak terjadi kerusakan lagi, dan juga supaya manusia tidak menanggung akibat kerusakan yang diperbuat, maka manusia terlebih dahulu harus dibuat menjadi baik, terutama hatinya. Untuk itulah agama diturunkan dan seorang Nabi, baik sebagai pemimpin (qudwah) maupun sebagai panutan (uswah) diutus di tengah-tengah manusia. Apabila manusia hatinya telah menjadi baik maka seluruh angota tubuhnya akan menjadi baik yang selanjutnya supaya kehidupan di muka bumi akan ikut menjadi baik pula.
Sejak terutusnya baginda Nabi saw. sampai sekarang, sejarah telah membuktikan, bahwa dari tanah yang tandus dan gersang di mana manusia utama itu dilahirkan, kemakmuran telah menyebar ke segenap pelosok dunia, baik kemakmuran aspek jasmani maupun ruhani, dan bahkan kehidupan manusia di seluruh belahan bumi ini, secara jasmani dan dhohir, hampir-hampir bergantung dengan apa yang dihasilkan oleh perut bumi dimana saat itu baginda Nabi saw menjalankan aktifitas hidup dan kehidupan. Itulah sunnah yang ada, bahwa keberkahan Allah Ta’ala yang tersimpan di dalam perbendaharan ghaib-Nya telah mampu digali dan dipancarkan kepada alam dhohir melalui rahasia keberkahan hati dan prilaku yang tersimpan di dalam akhlakul karimah yang agung.
Hanya Rasulullah Muhammad saw. yang mampu berbuat demikian karena baginda Nabi saw. adalah seorang kholifah bumi sepanjang masa. Beliau tidak hanya diutus untuk suku bangsanya sendiri sebagaimana para rasul dan para Nabi terdahulu, akan tetapi untuk manusia secara keseluruhan. Oleh karenanya, bahkan sebelum kelahirannya, beliau saw. telah dijadikan wasilah di dalam do’a-do’a yang dipanjatkan oleh orang-orang yang menunggu kedatangannya, meskipun ketika beliau telah berada di tengah-tengah kehidupan mereka, sebagian besar mereka mengingkari tugas dan fungsinya, bahkan sampai sekarang. Oleh karena hanya sedikit orang yang benar-benar mengetahui fungsi kekholifahan itu, maka jarang sekali yang dapat memanfaatkannya untuk kepentingan hidup dan kehidupan.
Kebesaran dan kekhususan itu tergambar dengan apa yang terkandung dari pernyataan Allah Ta’ala, bahwa Allah SWT. terlebih dahulu telah mencurahkan rahmat dan keselamatan kepada beliau dan kemudian para malaikat-Nya, selanjutnya orang-orang yang beriman diperintah untuk menggapainya melalui apa yang sudah ada itu dengan membaca sholawat kepadanya. Allah SWT. berfirman:

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya. QS:33/56.
Adakah yang lebih besar lagi dari itu??? Itulah satu-satunya pernyataan dari Allah Rabbul Alamin yang tidak pernah diberikan kepada siapapun, bahkan sekalipun kepada para malaikat-Nya. Rasul Muhammad saw. adalah satu-satunya manusia yang dipilih oleh Allah Ta’ala untuk menyebarkan rahmat-Nya secara universal kepada alam semesta ini, bahkan juga di alam akhirat nanti, hanya baginda Nabi satu-satunya manusia yang mendapatkan hak memberikan syafaat kepada umat manusia secara keseluruhan. Itulah rahmat Allah Ta’ala terbesar dan yang terakhir setelah hari kiyamat sebelum masing-masing ahlinya ditempatkan di neraka atau di surga.
Dengan syafa’at di tangan baginda Nabi saw. akan menyelamatkan banyak orang – bagi yang berhak menerima syafaatnya – dari siksa neraka jahanam di hari kiyamat nanti. Rasulullah saw. telah menegaskan dengan sabdanya:

حَدِيثُ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ الْأَنْصَارِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُعْطِيتُ خَمْسًا لَمْ يُعْطَهُنَّ أَحَدٌ قَبْلِي كَانَ كُلُّ نَبِيٍّ يُبْعَثُ إِلَى قَوْمِهِ خَاصَّةً وَبُعِثْتُ إِلَى كُلِّ أَحْمَرَ وَأَسْوَدَ وَأُحِلَّتْ لِيَ الْغَنَائِمُ وَلَمْ تُحَلَّ لِأَحَدٍ قَبْلِي وَجُعِلَتْ لِيَ الْأَرْضُ طَيِّبَةً طَهُورًا وَمَسْجِدًا فَأَيُّمَا رَجُلٍ أَدْرَكَتْهُ الصَّلَاةُ صَلَّى حَيْثُ كَانَ وَنُصِرْتُ بِالرُّعْبِ بَيْنَ يَدَيْ مَسِيرَةِ شَهْرٍ وَأُعْطِيتُ الشَّفَاعَةَ *
Diriwayatkan dari Jabir bin Abdullah al-Anshari r.a berkata: Rasulullah s.a.w bersabda: Aku diberi lima perkara yang tidak pernah diberikan kepada seorang Nabipun sebelumku. Semua Nabi sebelumku hanya diutus khusus kepada kaumnya saja, sedangkan aku diutus kepada manusia yang berkulit merah dan hitam yaitu seluruh manusia. Dihalalkan untukku harta rampasan perang, sedangkan tidak pernah dihalalkan kepada seorang Nabipun sebelumku. Disediakan untukku bumi yang subur lagi suci sebagai tempat untuk sujud yaitu sembahyang. Maka barang siapa apabila tiba waktu sembahyang walau dimanapun dia berada hendaklah dia mengerjakan sembahyang. Aku juga diberikan pertolongan dapat membuat musuh merasa takut dari jarak perjalanan selama satu bulan. Aku juga diberikan hak untuk memberi syafaat.

•    Riwayat Bukhari di dalam Kitab Tayamum hadits nomor 419 – Lima Solat Fardu hadits nomor 2890.
•    Riwayat Muslim di dalam Kitab Masjid Dan Tempat Solat hadits nomor 810.
•    Riwayat Nasa’i di dalam Kitab Mandi Dan Tayamum hadist nomor 429 – Masjid 718.
•    Riwayat Ahmad Ibnu Hambal di dalam Kitab Juzuk 3 Muka Surat 304.
•    Riwayat Ad-Darimi di dalam Kitab Sholat hadits nomor 1353.

Bahkan di tengah-tengah umat yang mengingkarinya, keberadaan beliau semasa hidupnya telah mampu menjadi sebab tertahannya siksa Allah Ta’ala yang semestinya harus diturunkan kepada orang yang berbuat dosa. Demikian yang dinyatakan di dalam hadits Nabi saw.:
حَدِيثُ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ أَبُو جَهْلٍ اللَّهُمَّ إِنْ كَانَ هَذَا هُوَ الْحَقَّ مِنْ عِنْدِكَ فَأَمْطِرْ عَلَيْنَا حِجَارَةً مِنَ السَّمَاءِ أَوِ ائْتِنَا بِعَذَابٍ أَلِيمٍ فَنَزَلَتْ ( وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَأَنْتَ فِيهِمْ وَمَا كَانَ اللَّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ وَمَا لَهُمْ أَلَّا يُعَذِّبَهُمُ اللَّهُ وَهُمْ يَصُدُّونَ عَنِ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ ) إِلَى آخِرِ الْآيَةِ *
Diriwayatkan dari Anas bin Malik r.a berkata: Abu Jahal berdoa: Wahai tuhanku sekiranya al-Quran ini benar datang dari sisi-Mu, maka turunkanlah hujan batu dari langit atau timpakan kepada kami siksaan yang pedih. Lalu turunlah ayat
وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَأَنْتَ فِيْهِمْ وَمَا كَانَ اللَّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ وَمَا لَهُمْ أَلَّا يُعَذِّبَهُمُ اللَّهُ وَهُمْ يَصُدُّونَ عَنِ الْمَسْجِدِ الْحَرَام
Yang artinya: Dan Allah tidak sekali-kali akan menyiksa mereka, sedangkan engkau wahai Muhammad ada di antara mereka dan mengapa mereka tidak patut disiksa oleh Allah sedangkan mereka menghalang-halangi orang-orang Islam dari Masjidil Haram. hingga akhir ayat.

•    Riwayat Bukhari di dalam Kitab Tafsir Al-Qur’an hadits nomor 4281.
•    Riwayat Muslim di dalam Kitab Suasana Hari Kiyamat, Surga Dan Neraka hadits nomor 5004.

Dan hanya malalui gengaman tangan suci Syafi’ina Muhammad Rasulullah saw. “Rahmat Nubuwah” itu dari sumber rahasia yang azali kemudian dilimpahkan ke alam semesta sebagai “Rahmat Lil ‘Alamin” yang selanjutnya menyebar serta memasuki setiap lini kehidupan umat manusia di berbagai pelosok belahan bumi melalui uluran tangan Ulama-ulama pewaris dan penerus perjuangan yang sekaligus adalah Ahli Bait Beliau saw. Sebagai kholifah bumi zamannya. Maka para Ahli Baitinnabi ra. tersebut telah meneruskan tongkat estafet perjuangan para pendahulunya, menyampaikan “rahmat nubuwah” yang diterima dari tangan sang datuk menjadi “rahmat walayah” di tangan mereka untuk disampaikan kepada umat sebagai “inayah” dari Allah Ta’ala, supaya masing-masing hati yang selamat menerima Nur Tauhid Dan Nur Iman serta hidayah dari-Nya.
Mereka tidak henti-hentinya berpindah dari satu tempat ketempat lain sambil berdagang menyeru manusia kepada jalan Allah Ta’ala, baik melalui dakwah maupun dzikirnya, baik melalui perjuangan maupun do’a-do’anya, silih berganti sambung menyambung sampai saat hari kiyamat datang nanti. Dengan upaya yang seperti itu menyebabkan banyak orang hatinya menjadi simpatik dan memeluk agama islam, bahkan sebagian dari mereka ada yang dijadikan menantu oleh raja-raja setempat yang akhirnya berdirilah kerajaan islam disana-sini, sejarah telah membuktikannya pula. Bahwa di tanah jawa yang dahulu penduduknya bukan penganut agama islam, berkat kegigihan perjuangan dan kekuasaan serta akhlakul karimah yang mereka pancarkan – dari sembilan Wali Songo delapannya adalah dzurriyatur rasul ra. – bersama-sama penduduk negeri sebagai pembela dan pengikut yang setia, dengan inayah Allah Ta’ala yang ada di tangan, mereka telah berhasil memberantas sarang-sarang kemusyrikan dan kezaliman, sarang-sarang kemungkaran dan kemunafikan serta menancapkan sendi-sendi tauhid dan islam dengan penuh rahmatan lil ‘alamin sehingga mayoritas penduduknya menjadi muslimin yang penuh dengan persaudaraan dan kedamaian, bahkan sampai sekarang, alhamdulillah, masih di tangan mereka pula panji-panji islam semakin hari semakin menancap di dalam hati mayoritas penduduknya.
Sejak dahulu sampai sekarang, dimanapun mereka berada, para ahli bait Nabi itu tidak henti-hentinya mengajak manusia di jalan Allah Ta’ala, ada yang melalui dakwah dan tulisan-tulisannya, ada yang melaui dzikir dan mujahadahnya, ada yang melalui dzikir maulid dan dzikir manaqibnya. Sebagaimana yang telah dilakukan Sang Datuk dahulu, semuanya itu hanyalah dijadikan sarana bagaimana supaya manusia berbondong-bondong mendatangi panggilan Tuhannya. Maka dimana-mana, diseluruh pelosok dunia, asal mereka disitu berada, manusia yang selamat hatinya berbondong-bondong mengerumuni mereka pula, mengulurkan tangan menyambut uluran tangan mereka, untuk mengharapkan dan mencari syafa’at dan keberkahan Allah Ta’ala yang sudah dilimpahkan kepada mereka, menggapai rahmat khusus yang diberikan secara khusus oleh Allah Ta’ala kepada mereka. Sejarah telah membuktikannya.
Asy-Syekh Ibnu Athoillah ra. berkata: [Allah mengetahui bahwa sesungguhnya seorang hamba sangat ingin mengetahui tentang kenyataan rahasia “Inayah”, maka Allah berfirman: “Allah menentukan rahmat-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya”. QS:3/74.]
Barang siapa ingin mengetahui tentang kenyataan rahasia “Inayah” atau rahmat Allah Ta’ala yang paling utama itu, maka demikianlah sunnah yang telah terjadi, baik orang-orang kafir dan orang yang membencinya mengakui ataupun tidak, realita tidak memperdulikan lagi dengan mereka, karena sejarah telah membuktikan terhadap apa yang telah dinyatakan Allah Ta’ala dengan firman-Nya:

يَخْتَصُّ بِرَحْمَتِهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ

Allah menentukan rahmat-Nya (kenabian) kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah mempunyai karunia yang besar. QS:3/74.
(malfiali, Februari 2009)