Selasa, 18 Mei 2010

Peran Nafsu dan Hati dalam Kebajikan



Setiap kebajikan pasti ada tantangan, baik di luar maupun di dalam, karena nafsu dan hati saling berebut mengambil peran. Maka tantangan yang di dalam seyogyanya lebih mendapat perhatian, agar sang musafir selamat dalam perjalanan. Jika sang musafir mengharap perhatian orang, maka berarti riya’ dan sombong pasti segera diguratkan. Padahal hati juga ambil bagian, dia merangkak mendaki tertatih-tatih mencari pertolongan, supaya Sang Kholik mencurahkan pandangan, maka permadani pengabdian dibentangkan.

Padamkanlah api nafsu setan, agar pelita hidayah berdatangan, seperti ketika malam kelam mendatang, sedang lampu pinggir jalan dipadamkan, maka gemerlap bintang bermunculan berdendang riang.

Sungguh nafsu dan hati selalu saling berlomba dalam mengambil keuntungan, seperti api dan air dalam kebakaran. Namun yang satu membakar yang satunya memadamkan. Jika keduanya dibiarkan berkembang, pasti akan saling berebut mencari makan, maka tinggal mana yang kuat akan menjadi pemenang. Dalam amal kebajikan api hawa nafsu harus dipadamkan. Jika tidak, maka hati tidak akan mendapat bagian makan, padahal kereta malam tetap berjalan, maka sang musafir akan tertinggal di pinggir jalan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar