Rabu, 16 Desember 2009

JANGAN PUTUS ASA KEPADA ALLAH (SYARAH HIKAM BAB 6)


JANGAN PUTUS ASA KEPADA ALLAH

لَا يَكُنْ تَأَخُّرُ اَمَدِ العَطَاءِ مَعَ الاِلْحَاحِ فِى الدُّعَاءِ مُوْجِبًا لِيَأسِكَ فَهُوَ ضَمِنَ لك الاِجَابَةَ فِيْمَا يَخْتَارُهُ لَكَ لَا فِيْمَا تَخْتَارُ لِنَفْسِكَ وَفِى الوَقْتِ الَّذِى يُرِدُ لَا فِى الوَقْتِ الَّذِى تُرِيْدُ

“Tertundanya pemberian setelah do’a itu dipanjatkan dengan berulang-ulang, hal itu jangan menimbulkan putus asamu kepada Allah. Sebab, Allah telah menjamin diterimanya do’a, akan tetapi mengikuti pilihan Allah untukmu bukan mengikuti pilihanmu untuk dirimu dan di dalam waktu yang dikehendaki Allah bukan di dalam waktu yang engkau kehendaki”.

Jangan Putus Asa
Berdo’a adalah salah satu kewajiban seorang hamba kepada Tuhannya. Allah s.w.t berjanji akan mengabulkan do’a-do’a tersebut sebagaimana firmanNya:

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ

“Berdo`alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombong-kan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina”. (QS. al Mu’min(40)60)
Ketika seorang hamba berdo’a kepada Allah s.w.t dengan sungguh-sungguh, terlebih lagi do’a itu dilaksanakan dengan istiqamah (terus-menerus), maka do’a tersebut akan dikabulkan. Demikian itu karena Allah s.w.t sudah berjanji, maka sedikitpun Allah s.w.t tidak akan mengingkari janji-janji-Nya.
Namun demikian, do’a-do’a yang dipanjatkan itu harus memenuhi syarat sebagai do’a yang dikabulkan. Rasulullah s.a.w telah menegaskan dengan sabdanya: “Setiap do’a yang dipanjatkan oleh seorang hamba kepada Allah s.w.t asal tidak tercampur dengan dosa dan memutuskan tali silaturrahmi, do’a itu akan dikabulkan dalam tiga pilihan:(1) Diturunkan seketika di dunia dalam bentuk pemberian sesuai dengan permintaan; (2) Dijadikan simpanan di akhirat sebagai kafarat dari dosa-dosanya; (3) Digantikan sebagai ganti musibah yang tidak jadi diturunkan demi keselamatannya.” (atau yang searti dengannya).( Disampaikan oleh Hadrotusy Syekh Romo KH. Ahmad Asrory Al Ishaqy r.a dalam pengajian rutin minggu 2 di Ponpes Assalafi Al Fithrah Kedinding Surabaya)
Oleh karena itu, setelah do’a-do’a tersebut dipanjatkan, hendaknya seorang hamba yakin bahwa do’a-do’anya akan dikabulkan, walau ijabah itu dalam tiga pilihan yang masih dirahasiakan tersebut. Hanya Allah s.w.t yang Memilih, Menghendaki dan Mengetahuinya. Allah s.w.t berfirman: “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo`a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS. al-Baqoroh; 2/186)
Asy-Syekh Ibnu Athaillah r.a meneruskan:

لَا يُشَكِّكَنَّكَ فِى الوَعْدِ عَدَمَ وُقُوْعِ المَوْعُوْدِ وَاِنْ تَعَيَّنَ زَمَنُهُ لِئَلّاَ يَكُوْنَ ذَلِكَ قَدْحًا فِى بَصِيْرَتِكَ وَاِخْمَادًا لِنُوْرِ سَرِيْرَتِكَ

“Jangan sekali-kali meragukan janji Allah karena belum terpenuhinya janji itu walau batas pelaksanaannya sudah sangat dekat, supaya yang demikian itu tidak menjadikan redupnya sinar mata hatimu dan memadamkan cahaya rahasia batinmu”.
Allah s.w.t Lebih Mengetahui keadaan hamba-hamba-Nya, baik urusan dunia, agama maupun akhirat. Terlebih urusan rizki, karena dengan urusan rizki-rizki itu manusia bisa menjadi selamat atau tidak. Allah s.w.t tidak mengingkari janji-Nya bahwa setiap hamba-Nya yang berdo’a dengan benar pasti akan dikabulkan-Nya. Janji Allah tersebut ditegaskan dengan firman-Nya:

وَعْدَ اللَّهِ لَا يُخْلِفُ اللَّهُ وَعْدَهُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ

“(sebagai) janji yang sebenar-benarnya dari Allah. Allah tidak akan menyalahi janji-Nya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”. (QS.ar Rum(30)6)
Namun demikian, bagi hamba-hamba yang beriman—berkat kasih sayang-Nya yang dalam kepada mereka—apa saja yang diberikan kepadanya haruslah yang menjadikan mereka lebih baik. Dalam hal ini Allah s.w.t adalah yang lebih mengetahuinya. Allah s.w.t menegaskan dengan firman-Nya : “Dan jikalau Allah melapangkan rizki kepada hamba-hamba-Nya tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui (keadaan) hamba-hamba-Nya lagi Maha Melihat”. (QS. 42; 27)
Oleh karena itu, jika ada janji Allah s.w.t yang seakan-akan belum terpenuhi, padahal menurut pengetahuan dan perasaan seorang hamba yang sedang terdesak, seharusnya saat terpenuhinya janji itu sudah sangat mendesak, bahkan sudah tidak ada waktu lagi untuk tertunda. Dalam hal yang demikian itu, janganlah menjadikan hati seorang hamba ragu-ragu kepada Allah s.w.t.

Siap Menerima Kenyataan

Bagaimanapun keadaan yang akan dan sedang terjadi, hati seorang hamba yang beriman hendaknya tetap yakin serta siap menghadapi, bahwa apa saja yang dikehendaki Allah s.w.t pastilah yang terbaik untuk dirinya. Yang demikian itu, supaya matahati dan cahaya rahasia batin tidak menjadi redup dan padam. Sebab, ketika ujian-ujian hidup itu sudah cukup menurut pandangan Allah, dan ketika seorang hamba telah melewatinya dengan nilai yang baik, maka problematika kehidupan dan bahkan konflik-konflik horizontal yang telah berlalu, sesungguhnya itu merupakan proses masuknya ilmu pengetahuan dalam hati yang tinggi nilainya. Itulah ilmu rasa, ilmu pengetahuan yang dapat mematangkan jiwa manusia. Ilmu pengetahuan yang mampu menebalkan keyakinan, membakar lapisan kabut hati sehingga menjadikan matahati seorang hamba semakin cemerlang dengan Nur Ma’rifat  kepada Allah.
Hanya dengan cara seperti itulah Allah s.w.t memperjalankan kehidupan para hamba pilihan-Nya dan bahkan para nabi dan rasul-Nya. Mereka itu semua diperjalankan dalam realita kehidupan yang sesungguhnya. Mereka harus menghadapi kesulitan dan tantangan serta goncangan-goncangan hidup yang tidak ringan:

أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُمْ مَثَلُ الَّذِينَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ مَسَّتْهُمُ الْبَأْسَاءُ وَالضَّرَّاءُ وَزُلْزِلُوا حَتَّى يَقُولَ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ ءَامَنُوا مَعَهُ مَتَى نَصْرُ اللَّهِ أَلَا إِنَّ نَصْرَ اللَّهِ قَرِيبٌ


“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu?. Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?”. Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat”. (QS. al Baqoroh; 214)
Ketika keadaan mereka itu benar-benar telah terdesak baru pertolongan-Nya diturunkan, karena sungguh sedikitpun Allah s.w.t tidak akan mengingkari janji-Nya. Untuk menyikapi hal tersebut, menyangka baik adalah kuncinya. Orang yang mampu berhusnudz dzan kepada Tuhannya berarti telah mencapai 90% keberhasilan hidupnya. (malfiali,  7 Nofember 2008)

1 komentar:

  1. Salam.

    Benar. ALLAH Maha Menepati JanjiNYA.

    Benar. Mereka yang tidak berdoa itu sesungguhnya sombong kepada TUHAN (sombong ialah sikap iblis).

    Benar. ALLAH Maha Berkehendak hanya yang terbaik untuk hamba-hambaNYA yang bertaqwa.

    Benar. HambaNYA wajib terima kenyataan jika ditimpa apa-apa yang tidak baik kerana perkara yang tidak baik tersebut tetap suci dari DIA Yang Maha Suci.

    Benar. Ujian dariNYA tidak pernah henti kerna DIA Yang Maha Menguji.

    Benar. DIA Maha Jitu dan Maha Memberi Pertolongan disaat hambaNYA terdesak kerna DIA -lah TUHAN Yang Maha Esa, Maha Besar dan Maha Berkuasa lagi Maha Terpuji.

    BalasHapus