Rabu, 11 November 2009

MENCARI ILMU LADUNI (part 2)




إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ (3) فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ (4) أَمْرًا مِنْ عِنْدِنَا إِنَّا كُنَّا مُرْسِلِينَ (5) رَحْمَةً مِنْ رَبِّكَ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

“Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kamilah yang memberi peringatan * Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah *Urusan dari sisi Kami, sesungguhnya Kami adalah yang mengutus * Sebagai rahmat dari Tuhanmu, Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. QS. 44/3-6)

Firman Allah SWT. : فيها يفرق كل أمر حكيم Pada malam itu dibedakan segala urusan yang penuh hikmah”.(44/4). Artinya; Lafad “Yufroqu” dari kata Faroqo artinya membedakan. Maksudnya : Pada malam itu Allah SWT menurunkan “Furqon” di dalam hati hamba-Nya sehingga orang tersebut mampu membedakan mana yang hak dan mana yang batil, mana yang halal dan mana yang haram, mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang harus dikerjakan dan mana yang tidak. Al-Furqon itu tidak hanya yang di ucapkan di bibir saja, namun juga menjadi karakter dan kebiasaan yang mendasari perilaku keseharian.

Itu disebabkan, ketika “rahmat ilahiyat” telah dikucurkan dan kerberkahan dibentangkan serta ilmu diwariskan, maka hati yang semula kotor menjadi bersih dan jernih, yang asalnya sombong menjadi merasa hina, yang asalnya keras menjadi lunak, yang asalnya mati menjadi hidup. Bagaikan tanah baru dibajak, maka ketika bibit ditanam segera tumbuh menjadi pohon yang sempurna.

Ketika secara global “ilmu laduni” telah disematkan di dalam hati, maka menjadi bagaikan bibit yang ditanam di tanah yang subur, lalu sang petani harus menindaklanjuti dengan perawatan tahap demi tahap sampai tanaman itu tumbuh dan berbuah. Seperti itu pula Ilmu Laduni, ketika saatnya rincian dari yang global itu dibacakan, yakni melalui ayat-ayat yang tersirat, antara kejadian demi kejadian dalam romantika dan realita, maka bibit itu akan tumbuh berkembang menjadi tanaman yang kuat dan subur sehingga buahnya setiap saat dapat dipetik. Seperti itu pula keadaan Al-Qur’an yang pertama kali diturunkan secara global di Baitul Izzah, kemudian secara rinci disampaikan oleh Malaikat Jibril kepada Baginda Rasul saw selama dua puluh tiga tahun mengikuti kejadian demi kejadian.

Adalah ayat-ayat yang tersurat dan ayat-ayat yang tersirat ketika dipadukan secara komulatif dalam pelaksanaan dzikir dan pikir, akan melahirkan ilmu lagi secara intuitif, yaitu ilmu yang memancar dari bisikan kalbu atau ilham kepada akal secara spontan dan langsung dengan tanpa perantaraan melihat maupun mendengar. Yang demikian itu, semata-mata karena di dalam hati yang bersih itu Allah Ta’ala mendatangkan hidayah-Nya.

Allah menegaskan hal tersebut dengan ayat yang lain:

نَزَّلَ عَلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ وَأَنْزَلَ التَّوْرَاةَ وَالْإِنْجِيلَ (3) مِنْ قَبْلُ هُدًى لِلنَّاسِ وَأَنْزَلَ الْفُرْقَانَ إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا بِآَيَاتِ اللَّهِ لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَاللَّهُ عَزِيزٌ ذُو انْتِقَامٍ

“Dia menurunkan Al-Kitab (Al-Qur’an) kepadamu dengan sebenarnya. Membenarkan kitab yang telah diturunkan sebelumnya dan menurunkan Taurat dan Injil * Sebelum (Al- Qur'an), menjadi petunjuk bagi manusia, dan Dia menurunkan Al Furqan. Sesungguhnya orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Allah akan memperoleh siksa yang berat; dan Allah Maha Perkasa lagi mempunyai balasan (siksa).” QS.Ali Imran. 3/3-4.

Ketika orang-orang yang hatinya ingkar bertanya: “Mengapa Al-Qur’an tidak diturunkan lansung sekali turun saja?”, Allah Ta’ala menjawab dengan firman-Nya:

كَذَلِكَ لِنُثَبِّتَ بِهِ فُؤَادَكَ وَرَتَّلْنَاهُ تَرْتِيلًا

“Demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya, dan Kami membacakannya secara tartil (teratur dan benar)”. QS.al-Furqon.25/32.

Bukannya Allah tidak kuasa menguatkan hati hamba-Nya dengan cara yang lain, namun dengan ayat ini telah ditegaskan, bahwa jalan dan proses yang dipilih dan dikehendaki-Nya hanya dengan cara itu, sebagai sunnah-Nya (sunnatullah) yang tidak akan dirubah lagi untuk selama-lamanya, maka seorang hamba yang ingin mendapat kekuatan hati wajib mengikuti sunnah tersebut. Bahkan untuk kepentingan yang lebih tinggi dari ini, maka Rasulullah Muhammad SAW dadanya dibedah sampai 4X.

Firman Allah SWT. : إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ (الدخان6) (Sesungguhnya Dialah Maha Mendengar dan Maha Mengetahui). Artinya: Allah Maha Mendengar munajat hamba-Nya dan Maha Mengetahui isi munajatnya. Allah Maha Mendengar permintaan hamba-Nya dan Maha Mengetahui kapan saat yang tepat permintaan itu akan dikabulkan-Nya. Allah Maha Mendengar do’a-do’a hamba-Nya dan dan Allah Maha Mengetahui doa yang mana yang pantas untuk dipenuhi bagi hamba-Nya.(bersambung)



Sumber: http://www.facebook.com/notes/muhammad-luthfi-ghozali/mencari-ilmu-laduni-part-2/207834695358

1 komentar:

  1. Salam.

    Benar. Dia-lah ALLAH, TUHAN yang Maha Berilmu, Maha Mengajar hamba-NYA, Maha Guru atas segala guru, Maha Memberi Kurnia, Maha Memberi Petunjuk, Maha Mewariskan IlmuLLAH, Maha Lembut TeguranNYA, Maha Mendengar Doa hamba-NYA, Maha Melihat dan Maha Mengetahui segala isi rahsia hati hamba-hambaNYA. Tiada daya upaya menolak anugerah ilmu dari sisi-NYA.

    BalasHapus