Rabu, 11 November 2009

ILMU LADUNI, Buah Meditasi Islami



Dengan mujahadah dan dzikir yang dilakukan sebagai pelaksanaan thoriqoh secara istiqomah, maka akal(rasio) akan mendapatkan pencerahan dari hati dengan “nur hidayah Allah”. Merupakan buah dzikir yang dijalani, maka aktifitas akal—yang terkadang suka kebablasan—dapat dikendalikan dengan kekuatan aqidah (spiritual) yang benar. Manusia yang secara qudroti memang cenderung senang berdebat dan bertengkar dengan sesama teman: “Dan mereka berkata: "Manakah yang lebih baik tuhan-tuhan kami atau dia (Isa)? Mereka tidak memberikan perumpamaan itu kepadamu melainkan dengan maksud membantah saja, sebenarnya mereka adalah kaum yang suka bertengkar.(QS.az-Zuhruf/58), dengan pencerahan hati itu kebiasaan buruk yang bisa menimbulkan ekses buruk itu sedikit dapat diredam.

Namun itu bisa terjadi, manakala disaat melaksanakan “dzikir istiqomah” itu, seperti orang ber-meditasi, para salik mampu mengosongkan irodah dan qudroh manusiawi yang hadits(baru) untuk dilebur di dalam samudera irodah dan qudroh Allah Ta’ala yang azaliah. Maksudnya, segala obsesi, rencana, dan kemampuan diri untuk mengatur jalan kehidupan, baik urusan dunia maupun akhirat, saat itu, dengan kekuatan dzikir yang dilakukan, sementara dilepaskan dari bilik akal, sedangkan hati dihadapkan dan diserahkan kepada perancanaan Allah yang azali dan kemampuan-Nya yang Maha Kuasa untuk memberikan solusi dan pertolongan. Lafat dzikir itu dilafatkan berulangkali, baik sendiri maupun berjama’ah dengan suara pelan maupun keras untuk ditusukkan dalam hamparan hati sampai benar-benar meresap melalui urat nadi. Bukannya Allah tuli sehingga nama-Nya harus disebut dengan suara keras berulangkali, namun hati kita ini yang budeg dan tuli sehingga tidak mampu mendengar dzikir-Nya meski Allah telah menjawab dzikir kita berulangkali.

Ketika dengan pelaksanaan “meditasi islami” tersebut rasio berhasil dikosongkan dari kemampuan manusiawi, terlebih apabila pengosongan itu adalah buah syukur yang diekspresikan di dalam bacaan dzikir yang diulang berkali-kali, maka diharapkan, yang masuk setelah pengosongan itu adalah rahasia bacaan dzikir yang diulang-ulang. Rahasia yang terkandung di dalam makna kalimat “La Ilaaha illallah” (tidak ada Tuhan selain Allah).

Jika dzikir meditasi Islami itu mampu dilakukan dengan benar dan baik, maka yang masuk setelah terjadinya pengosongan itu adalah “ilham” dan “inspirasi spontan” di dalam hati yang datangnya dari urusan Ilahi Rabby yang mampu memberikan solusi bagi setiap kesulitan yang dihadapi. Itulah rahasia Nubuwah—yang dahulu diberikan kepada para Nabi, kemudian menjadi Walayah—ketika diwariskan kepada hamba-hamba Allah yang sholeh, sejatinya adalah wahyu yang disampaikan kepada seorang hamba yang dikehendaki: “Dan tidak ada bagi seorang manusia-pun bahwa Allah berkata-kata dengan dia kecuali dengan perantaraan wahyu”. QS. 42/51. Inilah sumber rahasia Ilmu Laduni yang sedang kita cari.

Ketika ilmu laduni sebagai rahasia Nubuwah itu telah meresap di dalam qolbu (spiritual), maka seperti air anak sungai yang mengalir menuju muara. Ketika air dzikir keluar dari muara dan melebur di dalam samudera, maka yang asalnya kotor seketika menjadi bersih, yang najis menjadi suci. Seperti itulah pencerahan akal yang didapatkan dari rahasia dzikir hati, maka rongga dada yang asalnya sempit menjadi lapang dan hati yang asalnya susah menjadi gembira: “Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram”.QS.ar-Ra’d/28.

Dengan itu, maka menjadikan manusia tidak sekedar pintar saja, namun juga cerdas dan siap pakai. Meski tanpa sebab yang kasat mata, orang ahli dzikir itu langsung menjadi siap menjawab segala pertanyaan dan teka-teki yang ditampilkan kehidupan dengan benar dan “rahmatan lil alamin”. Hal itu bisa terjadi, karena akal senantiasa mendapatkan pencerahan dari hati. Itulah hasil perpaduan antara dzikir dan fikir. Karena demikian pentingnya pelaksanaan dzikir ini, maka Allah Ta’ala telah membuat persaksian dengan firman-Nya:

الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

“(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka”. QS.Ali Imran/191.





Sumber: http://www.facebook.com/notes/muhammad-luthfi-ghozali/ilmu-laduni-buah-meditasi-islami/204950270358

Tidak ada komentar:

Posting Komentar