Rabu, 11 November 2009

ILMU LADUNI adalah Buah Takwallah (part 1)



Allah berfirman:

وَاتَّقُوا اللَّهَ وَيُعَلِّمُكُمُ اللَّهُ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
"Dan bertakwalah kepada Allah, maka Allah akan mengajarimu. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”. (QS.al-Baqoroh (2); 282)

Kehati-hatian (ihtiyat) seorang hamba dalam berbuat dan menentukan sikap serta pilihan jalan hidup, dihadapkan kepada Dzat yang ditakuti—yang setiap saat dapat melihat dan mengetahui—serta mengharapkan untuk mendapatkan petunjuk dan hidayah dari-Nya, akan membuka sumber inspirasi dan ilham yang tiada henti, namun manakala rasa takut itu hanya disandarkan kepada yang memberi kehidupan, hanya kepada Allah Sang Pemberi Nur kehidupan alam. Itu bisa terjadi, karena interaksi dua dzikir telah terkondisikan, sebagai sunnah dan pelaksanaan janji yang tidak teringkari. "Maka ingatlah kamu kepadaKu, niscaya Aku ingat pula kepadamu ". (QS. 2; 152).

Semisal orang ingin berbuat maksiat, karena nafsunya mengajak dan kesempatan sedang terbuka di depan mata, namun hatinya takut kepada Allah. Takut mendapat siksa baik di dunia maupun di akhirat atau takut dijauhkan dari ridho-Nya sehingga kemanisan munajat jadi terhambat. Keadaan seperti itu akan menimbulkan proses di dalam dada, hawa panas dan hawa dingin bergejolak, itulah yang dinamakan JIHAD AKBAR, jihat melawan nafsu yang ada di lambungnya sendiri. Ketika perang besar itu sampai pada klimaknya, maka terjadi proses pembakaran hijab manusiawi. Jika orang beriman itu mampu mengalahkan kehendak nafsunya berarti sama saja berhasil membakar lapisan hijab yang ada di rongga dadanya sehingga matahatinya menjadi CEMERLAN dan TEMBUS PANDANG. Ketika potensi NEGATIF itu mampu di Non Aktifkan maka segera saja secara otomatis potensi POSITIF menjadi Aktif

Sistem BUKA TUTUP itu terjadi akibat adanya “interaksi nuriyah”, pertemuan dua nur yang dipancarkan dari dua arah yang berbeda, yang satu mencari dan satu-Nya memberi. Kejadian ini ibarat orang menjemur diri di terik sinar matahari pagi, maka kehangatan sinar mentari seketika meresap di dalam seluruh tubuh melalui urat nadi, demikian pula proses masuknya ilmu laduni. Ilmu Warisan itu akan didatangkan untuk melapangkan rongga dada dan menerangi matahati, didatangkan sebagai akibat yang baik, manakala seorang salik mampu membangun sebab-sebabnya dengan baik pula.

Terkadang awal datangnya ilmu laduni terbit dari hati yang bingung karena dirundung duka. Ketika jalan penyelesaian akhir yang harus dilewati, pintu dan jendelanya telah tertutup rapat. Antara kecewa dan putus asa karena tidak mungkin makhluk dapat menolong diri, hati seorang hamba kemudian bersandar kepada Tuhannya. Untuk mencari pertolongan, meleburkan segala asa dan cita, melahirkan segala rindu dan cinta, menyatukan antara harapan dan pasrah. Ketika cinta telah menyatu dengan cinta dan rindu bertemu dengan yang ditunggu, maka dengan izin-Nya pintu hati yang semula tertutup menjadi terbuka.

Sumber “Ilmu laduni” adalah proses terbukanya pintu dan jendela itu, ketika yang asalnya takut, kecewa, dan putus asa, kemudian menjelma menjadi gembira. Manakala peristiwa itu dirunut ke belakang oleh para pemerhati untuk dijadikan bahan kajian guna memperdalam pemahaman hati dengan menguntai mutiara-mutiara hikmah yang berserakan, memadukan ayat yang tersurat dengan yang tersirat dalam pelaksanaan ubudiyah yang istiqomah, maka di situlah letak sumber “ilmu laduni” itu akan menampakkan diri. Sumber ilmu laduni yang berupa sarana penggodokan jiwa dan “kawah candradimuka” untuk memunculkan konsep-konsep kehidupan dan resep keteladanan hidup yang sesungguhnya sudah tersedia di dalam dada, proses tersebut dibutuhkan hanya untuk menekan tombolnya. Sebab, tanpa tantangan dan kesulitan, maka dalil dan argumentasi masih penuh dengan keraguan sehingga ilmu pengetahuan yang dimiliki hanya melayang di angan-angan,.

Meski cara mendapatkan sumber “ilmu laduni” itu merupakan sunnah (sistem) yang dimudahkan. Namun, seorang hamba tidak akan mampu mendapatkannya manakala di dalam hatinya masih terdapat sifat-sifat basyariyah yang merugikan, seperti sifat bid'ah, sombong, riya’, cinta dunia, dan selalu condong berbuat kemaksiatan. Seperti langit ketika diselimuti awan dan mendung, meski matahari sudah tinggi, kehangatannya tetap saja tertahankan. Seperti itulah gambaran proses datangnya ilmu laduni, maka Allah menegaskan dengan firman-Nya:

سَأَصْرِفُ عَنْ آَيَاتِيَ الَّذِينَ يَتَكَبَّرُونَ فِي الْأَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَإِنْ يَرَوْا كُلَّ آَيَةٍ لَا يُؤْمِنُوا بِهَا وَإِنْ يَرَوْا سَبِيلَ الرُّشْدِ لَا يَتَّخِذُوهُ سَبِيلًا وَإِنْ يَرَوْا سَبِيلَ الْغَيِّ يَتَّخِذُوهُ سَبِيلًا ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ كَذَّبُوا بِآَيَاتِنَا وَكَانُوا عَنْهَا غَافِلِينَ

"Aku akan memalingkan orang-orang yang menyombongkan dirinya di muka bumi dengan tanpa alasan yang benar dari (memahami) ayat-ayat-Ku. Jika mereka melihat tiap-tiap ayat-Ku mereka tidak beriman kepadanya. dan jika mereka melihat jalan yang membawa petunjuk, mereka tidak mau menempuhnya. tetapi jika mereka melihat jalan kesesatan mereka terus menempuhnya, yang demikian itu dikarenakan mereka telah mendustakan ayat-ayat Kami dan mereka selalu lalai dari padanya”. QS. al-A’raaf (7); 146.

Sombong artinya; orang merasa punya harga dan orang lain juga punya harga, tapi orang yang sombong itu merasa harga dirinya lebih tinggi daripada harga diri orang lain. Jika hal tersebut diaktualisasikan baik dalam ucapan ataupun perbuatan, maka namanya bukan sombong lagi tapi takabbur.

Allah menutup sumber ilmu laduni kepada hati yang sombong, sehingga sedikitpun tidak dapat merasakan pancaran sinarnya. Karena kesombongan itulah yang telah mencemari karakter manusiawi dan akan menghalangi dirinya sendiri untuk dapat memahami kandungan ayat-ayat Allah, baik terhadap ayat yang tersurat maupun yang tersirat. Jika terhadap orang sombong saja Ilmu Laduni itu tidak mau menghampiri hatinya terlebih lagi kepada orang yang suka pamer kesombonan didepan temannya sendiri. (bersambung)





Sumber: http://www.facebook.com/notes/muhammad-luthfi-ghozali/ilmu-laduni-adalah-buah-takwallah-part-1/203431140358

Tidak ada komentar:

Posting Komentar